Opini Pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Surakarta tentang Childfree
DOI:
https://doi.org/10.33061/dbc.v2i1.10360Kata Kunci:
opini, childfree, perspektif, sikap, pendeta GKI, GKI di SurakartaAbstrak
Penyebaran informasi telah melingkupi para pengguna media sosial terhadap isu-isu yang terjadi di Indonesia maupun dunia seperti isu childfree. Wajar saja ketika “kebiasaan†penduduk Indonesia untuk memiliki anak setelah menikah, apalagi yang memiliki kepercayaan muslim, Gitasav menjadi sorotan pengguna media sosial. Sebagai negara yang mengakui 6 agama diantaranya: hindu, budha, islam, konghucu, katolik dan kristen salah satunya, peneliti memiliki ketertarikan dalam perspektif agama kristen terkhusus pada pemimpin agama yaitu pendeta pada Gereja Kristen Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana opini pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Surakarta tentang childfree. Cutlip and Center mendefinisikan opini sebagai “ekspresi sikap terhadap suatu masalah yang mengandung konflikâ€. Opini dipengaruhi oleh sikap yang menurut Kasali memiliki faktor affect, behavior, cognition dan persepsi menurut R. P. Abelson memiliki faktor latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, pengalaman masa lalu, dan berita-berita. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa aturan tentang childfree tidak memiliki ruang untuk dibahas dalam alkitab. Para pendeta GKI di Surakarta mengembalikan keputusan final kepada pasutri. Sikap para pendeta GKI di Surakarta terhadap childfree dapat dinilai fleksibel. Hal ini karena dipengaruhi oleh penilaian baik atau buruk (affect) childfree berdasarkan pengetahuan (cognition) dan sikap (behaviour) para pendeta. Para pendeta mengutamakan untuk mengetahui alasan childfree, lalu sikap para pendeta dipengaruhi alasan yang diperoleh. Setelah itu para pendeta baru dapat menilai hal tersebut baik atau buruk.

