PENGEMBANGAN PARIWISATA KREATIF BERBASIS KOMUNITAS DAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI USAHA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA POJOK, TAWANGSARI, SUKOHARJO
Abstrak
Desa Pojok merupakan desa rintisan wisata yang mulai dikembangkan mulai 2017. Dimulai dengan adanya pembibitan tanaman, bank sampah, kini berkembang menjadi kampung warna-warni yang mempunyai banyak spot foto, kafe, wahana permainan anak, rumah kaca hidroponik dan vertical garden. Warga Pojok memang tidak memiliki sumber daya alam untuk menopang wisata tetapi kreativitas warganya merupakan aset. Kelompok Selo Beraksi yang awalnya merintis pembibitan tanaman dan bank sampah mulai menggerakkan muda-mudi dan seluruh kampung untuk memajukan desanya. Desa Pojok terkenal dengan sarung Goyor yang sudah mendunia. Paguyuban Selo Beraksi dengan modal bank sampahnya mampu menghasilkan banyak kerajinan bernilai estetis. Selain itu ibu-ibu juga merintis pembuatan tas tali kor dan pembuatan aneka ragam makanan olahan. Produk-produk unggulan daerah ini belum tersentralisasi dan ditangani dengan manajemen yang baik. Dari sisi budaya, Desa Pojok mempunyai kelompok kesenian wayang orang dan komunitas pemuda kreatif penggiat wisata. Maka dari itu tim pengabdi bermaksud bekerja sama dengan Kelompok Selo Beraksi untuk mengintegrasikan produk kreatif Desa Pojok dan kelompok kesenian dan komunitas kreatif Paguyuban Selo Beraksi. Integrasi ini ada dalam sebuah konsep pariwisata kreatif yang berkearifan lokal, yaitu pasar digital. Pasar digital adalah aksi nyata untuk pemberdayaan masyarakat berbasis industri kreatif yang dikemas menarik sehingga menjadi destinasi wisata. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). Kegiatan utama dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama menggunakan metode instruksional dan dialog melalui kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun/ sosialisasi pengembangan pariwisata kreatif berbudaya kreatif dengan fokus pembuatan pasar digital. Tahap kedua dilakukan persiapan pembangunan pasar, pedagang, pengisi acara dan penetapan pengelola pasar, promosi menggunakan media online, cetak mengenai keberadaan pasar. Tahap ketiga adalah launching pasar. Tahap keempat adalah pendampingan dan monitoring program. Manfaat dari kegiatan ini adalah masyarakat semakin berdaya karena produksi industri kreatifnya semakin berkembang. Selain itu terdapat multiplier effect atas program ini. Dengan demikian income generating Desa Pojok semakin meningkat.Kata kunci: pariwisata kreatif, komunitas, budaya, desa wisata, Pojok.
Referensi
Bagus, G.N. 1991. Hubungan Pariwisata dengan Budaya di Indonesia: Prospek dan Masalahnya dalam Kumpulan Kongres Kebudayaan. Jakarta [ID]: Depdikbud
Barghi, H., and Kazemi, Z. 2013. Assessing and prioritizing components of marketing mix (7P) in developing rural tourism (A case study of Amol and Babol). Geography and Environmental Planning Journal 24th Year, Vol. 51, No.3, Autumn.
Fitriana, A. N., I. Noor, dan A. Hayat. 2014. Pengembangan Industri Kreatif Di Kota Batu (Studi Tentang Industri Kreatif Sektor Kerajinan Di Kota Batu). Jurnal Administrasi Publik 2 (2): 281-286.
Musthofa, B. M. dan J. Gunawijaya 2015. Strategi Keberhasilan Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kreativitas Seni Tradisi: Studi Kasus Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. SOSIO KONSEPSIA 5 (1): 325-339.
Morrisan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta, Pranadamedia Group.
Morissan, M.A. 2012. Metode Penelitian Survei. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Wahab S. 1976. Tourism Management. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Widiastuti, S dan Indrarajasa. 2011. “Making a Place - Collaboration between The Developer and Creative Community in BSD City.†Artepolis 3: Creative Collaboration and The Making of Place, Leraning from Creative Experience. Bandung: ITB, 293 - 302.